It’s
actually eight, but for me, it started nine months ago.
Ketika pertama kali mendapatkan tawaran untuk
bergabung dalam laskar ini, bingungnya bukan main. Will it be a yes, or will it be a
no? Baik mengiyakan maupun
menidakkan sama-sama berdampak besar, baik bagi
diri sendiri maupun bagi orang lain. Untuk pada akhirnya bisa menjawab siap,
saya harus terlebih dahulu konsul ke delapan orang dari berbagai kalangan;
teman seangkatan, junior, senior, alumni, sampai dosen. Sebagian menyarankan
tidak, sebagian menyarankan ya, sementara sebagian lainnya.. memutuskan untuk
membuat saya makin bingung dengan malah memberikan saran diplomatis.
Sebingung itu? Jelas. Ini
adalah laskar berskala besar. Taruhannya banyak—waktu, tenaga, pikiran, segala
agenda yang telah disusun apik untuk setahun ke depan, dan zona nyaman. Belum
lagi beragam keraguan macam “will I be
able to do this” atau “am I eligible
enough to be trusted with such huge responsibility” yang sedikit
banyak menghantui.
But in the end, after much consideration, I decided to accept the offer.
Dan semuanya pun dimulai.